Sejarah Desa Gemantar

 


Desa Gemantar adalah sebuah desa terletak di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Dihuni oleh kurang lebih 2.969 jiwa, desa ini terdiri dari 7 RW dan 22 RT terdapat 7 dusun di dalamnya  yaitu: Dusun Nanggan, Gemantar, Ngaliyan,  Kenangan, Blewah, Dukuh, Bakalan. Sebagai sebuah entitas administratif, Desa Gemantar memiliki sejarah yang kaya dan berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Nama desa "Gemantar" berasal dari seorang Patih Kerajaan Mataram yang bernama Sumo Wiguno. Dia meninggalkan Kerajaan Mataram untuk berkelana mencari daerah yang subur. Patih Sumo Wiguno berkelana bersama istri dan dayang, sebutan pembantu pada zaman dahulu. Patih dan keluarganya memilih menetap di sekitar Desa Gemantar lantaran kondisi tanahnya cukup subur. Dia langsung menjadi Tokoh Masyarakat (Toma) karena mempunyai Kesaktian. Beberapa tahun kemudian, seorang Kiai bernama Dungsono mendatangi Desa Gemantar, dia juga memilih menetap di wilayah tersebut lantaran kondisi tanahnya yang subur. Kiai Dungsono juga mempunyai kesaktian yang ampuh sehingga dihormati warga setempat. Patih Sumo Wiguna dan Kiai Dungsono bertemu untuk mengadu kesaktian. Mereka sepakat bertanding mengambil buah kelapa sebanyak-banyaknya pada satu pohon kelapa. Namun buah kelapa harus mulus, tak boleh lecet-lecet sedikitpun. Baik Patih Sumo Wguno dan Kiai Dungsono sama-sama mempunyai kesaktian. Mereka bertanding untuk menentukan yang paling sakti. Demikian sepenggal kisah asal usul Desa Gemantar.

Cikal bakal Pemerintahan desa Gemantar sudah ada sebelum Indonesia merdeka, fakta tersebut berdasarkan dokumentasi data tahun 1935 yang masih tersimpan di Kantor Desa Gemantar. Pemerintah Desa Gemantar saat itu dipimpin oleh seorang demang. Berdasarkan informasi yang bersumber dari tokoh masyarakat setempat bahwa pertama kali Desa Gemantar dipimpin oleh Demang Cipto Suwarno. Pusat pemerintahan berada di Dusun Gemantar RT 002 RW 001 Desa Gemantar, dan lebih dikenal dengan sebutan Dusun Tangsan. Cipto Suwarno merupakan warga Semarang (Jawa Tengah) yang ditugaskan oleh pihak Mangkunegaran sebagai demang di Desa Gemantar hingga masa penjajahan di Indonesia berakhir. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Desa Gemantar pertama kali diselenggarakan pada tahun 1957. Hatmo Giyono yang awalnya sebagai juru tulis di era pemerintahan Demang Cipto Suwarno akhirnya terpilih menjadi kepala desa pertama di Desa Gemantar. Hatmo Giyono menjabat dari tahun 1957 s/d 1972 dengan Sekretaris Desa Gemantar Hatmo Wiyono. Kantor Desa Gemantar pada saat itu berada di kediaman kepala desa dan akhirnya pada tahun 1973 pindah ke Dusun Gemantar RT 001 RW 002, yang sekarang tanah tersebut berdiri bangunan KPRI.

Perkembangan awal Desa Gemantar memiliki sejarah yang panjang yang di mulai sejak zaman kolonial Belanda di Indonesia. Pada masa itu, desa ini telah berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial bagi penduduk sekitar. Seiring dengan berjalannya waktu, desa Gemantar mengalami perubahan signifikan dalam hal infrastruktur dan ekonomi. Pertanian tradisional menjadi tulang punggung ekonomi desa ini, dengan mayoritas penduduknya mengandalkan sektor pertanian seperti tanaman padi, palawija, dan buah-buahan sebagai mata pencaharian utama. Struktur sosial masyarakat Gemantar memiliki kehidupan sosial dan budaya yang kaya. Tradisi adat seperti upacara adat, kesenian tradisional, dan kepercayaan lokal masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk setempat.